Kupatan? Adakah Sisi Lain ngaKU lePAT?

Sumber gambar: www.popbela.com

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208)

Tradisi Kupatan (Ketupat) di bulan Sya’ban (Malam Nisfu sya’ban) bagi sebagian masyarakat terutama masyarakat Jawa lebih mengenal dengan istilah ngaKU lePAT. Namun meskipun sudah bertahun-tahun melaksanakan tradisi itu tapi belum tentu semua orang mengetahui makna lain dari tradisi tersebut. Lalu apa maknanya? Dan adakah hal tersebut dalam syari’at Islam?

Memang dalam  islam secara dhahir tidak ada syari’at semacam itu namun jika dipahami secara makna  hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena kata Kupatan diambil dari kata Kafatan (كَآفَّة) yang terdapat pada surat Al-baqarah ayat 208 yang artinya Jami’an atau keseluruhan. menurut Ibnu Katsir kata kaffah pada ayat utama di atas artinya adalah seluruh umat islam diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam. Apalagi di Bulan Sya’ban ini yang mana pada bulan ini adalah bulan diangkatnya semua amal manusia kepada Allah Rob semesta alam sebagaiman diterangkan dalam hadis berikut:

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ أَبُو الْغُصْنِ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin 'Ali dari 'Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Tsabit bin Qais Abu Al Ghushn - seorang syaikh dari penduduk Madinah - Dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Sa'id Al Maqburi dia berkata; telah menceritakan kepadaku Usamah bin Zaid dia berkata; Aku bertanya; "Wahai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?" Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara bulan Rajab dan Ramadan, yaitu bulan yang di sana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa" (HR: Iman Nasa’i).

Adapun Kupat (Ketupat) itu dibuat dari daun kelapa yang masih muda disebut dengan Janur, kata janur diambil dari kata Ja’a dan An-nur yang artinya datang cahaya. Maksudnya pada ayat utama di atas orang mukmin diperintahkan untuk menjalankan syari’at Islam secara kaffah dan dilarang mengikuti langkah-langkah setan karena bagi orang yang beriman Allah akan menjadi pelindungnya dan akan mengeluarkanya dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Sedangkan orang yang mengikuti setan maka akan mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan, Allah berfirman:

اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ -٢٥٧-

Artinya: “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 257). Dengan demikian Cahaya/petunjuk dari Allah akan datang kepada Orang-orang yang beriman dan beramal Saleh.

Kupat (Ketupat) dibuat memiliki dua ujung tegak lurus ke atas dan ke bawah, ujung ke atas memiliki arti hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah) sedangkan ujung yang ke bawah memiliki arti hubungan manusia dengan manusia (Hablun minannas) maksudnya Umat islam harus senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dengan cara beriman dan beramal saleh secara Kaffah. Sedangkan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dengan cara berperilaku baik terhadap sesama manusia. Seperti menjaga ucapan dan perbuatanya dari yang dapat menyakiti orang lain. Bahkan kemampuan seseorang dalam menjaga ucapan dan perbuatan menjadi indikator keislaman dan keimanan seseorang terkait dengan hal ini Nabi Shallallahu 'Alaihi Sasallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah" (HR Bukhari).

Dari Abu Syuraih Al Khuza'i RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berlaku baik terhadap tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau diam" (HR. Muslim).

Kedua ujung tegak lurus tersebut tidak akan terbentuk jika kupat (ketupat) tidak dianyam maka agar dapat terbentuk kedua ujung tersebut janur tadi harus di anyam dalam sebuah anyaman pasti ada yang di atas ada yang di bawah bergantian. Memiliki arti Hablun Minallah dan hablun minannas tidak akan terwujud ketika kita tidak mau bersatu dalam satu ikatan yang sama yaitu dalam ikatan ukhuwah islamiyah tanpa membedakan suku bangsa maupun status sosial. Karena Allah telah memerintahkan umat Islam agar bersatu. Allah berfirman  artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Qur’an Surat Ali-Imran ayat 103).

Agar terjalin hubungan baik umat Islam harus saling mengisi jangan saling mengolok-olok satu sama lain ketika di atas tidak boleh sombong dan merendahkan orang lain dan ketika di bawah tidak boleh rendah diri.sebagaimana firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (Qur’an Surat Al-hujurat ayat 11).

Sesama manusia tidak boleh saling mencari-cari kesalahan satu sama lain sebagaimana firman Allah yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Qur’an Surat Al-hujurat ayat 12)

Bahkan harus saling menutupi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Sasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat" (HR Bukhari).

Kupat (Ketupat) setelah selesai dibuat diisi dengan beras yang berwarna putih, artinya suci. Ini mengandung arti bahwa sebelum beramal kita harus mensucikan diri dari semua dosa dengan banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah. Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya “Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah: 222) dan mensucikan niat dalam beribadah dari niat kepada selain Allah agar disaat semua amal kita dinaikkan kepada Allah rab semesta alam di bulan sya’ban ini bisa sempurna karena semua amal tergantung pada niat kita. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR. Bukhari).

Itulah cara cerdas orang tua kita dahulu dalam mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita yang ditanamkan memalui tradisi. Dan inilah hakikat dari pendidikan karakter. Ternyata jauh sebelum pemerintah menerapkan pendidikan karakter orang tua kita dahulu sudah menerapkan-nya melalui tradisi.

Wallahu A’lam

Penulis: Departemen Dakwah PAC IPNU IPPNU Palang (Menentramkan Jiwa Menyejukkan Hati)

Anda mungkin menyukai postingan ini